LEBIH BAIK MANA? ISTRI MANDIRI ATAU ISTRI YANG BERGANTUNG PADA SUAMI?

 on Jumat, 12 April 2024  




Baru saja nonton podcast Natasha Rizki pada channel youtube Vindes. Baru diupload empat hari lalu, tapi view sudah menembus angka enam juta lebih, melebihi jumlah subscribernya yang hanya empat juta lebih. 

Alasan kenapa begitu cepat rame mungkin karena orang-orang penasaran gimana perbincangan Natasha Rizki dengan Desta, mantan suaminya. Penasaran apakah mereka akan membicarakan penyebab perceraian mereka. Penasaran sikap grogi dan salah tingkah apa saja yang akan terjadi. Penasaran apa yang akan dibicarakan dua suami istri yang sudah bercerai. Mungkin, itu hanya dugaan saya, berdasarkan apa yang saya rasakan.

Nah, setelah beberapa menit menonton, belum selesai sampai tuntas, saya penasaran apa yang dibicarakan orang-orang di komentar, lalu menemukan komentar ini:

Wanita yg selalu bergantung pada suaminya adalah wanita yg setia, MenurutGarudahoki menghargai suaminya sebagai pemimpin dan menempatkan suaminya di tempat yg tinggi. Emang ada gantungan yg letaknya dibawah sesuatu yg menggantung?!??!?. Desta belum pernah merasakan punya pasanganandiri yg tdk lagi butuh laki2. Itu akan lebih menyakitkan. INTINYA LAKI2 BUTUH PEREMPUAN YANG BERGANTUNG PADANYA UNTUK MENEGASKAN POSISINYA, KETIKA PEREMPUAN SUDAH MANDIRI DAN TIDAK BUTUH LAKI2 ITU ARTINYA POSISI LAKI2 SUDAH TIDAK JELAS. PILIH MANA? PEREMPUAN MANDIRI ATAU MANJA??????

Sub komentar di bawahnya banyak yang membenarkan pernyataan ini, tapi apa itu benar?

Mari kita diskusikan.

Pernyataan bahwa wanita yang selalu bergantung pada suaminya adalah wanita yang setia dan menghargai suaminya sebagai pemimpin, dan bahwa laki-laki membutuhkan perempuan yang bergantung padanya untuk menegaskan posisinya, adalah stereotip yang berbahaya dan keliru.

Pertama, kesetiaan dan penghargaan tidak harus ditunjukkan dengan ketergantungan. Wanita yang mandiri dan mampu mengurus diri sendiri sama setia dan berharganya dengan wanita yang selalu bergantung pada pasangannya. Ketergantungan tidak selalu menunjukkan cinta atau rasa hormat, dan bahkan bisa menjadi beban bagi pasangan.

Kedua, anggapan bahwa laki-laki membutuhkan perempuan yang bergantung padanya untuk menegaskan posisinya adalah keliru dan berbahaya. Laki-laki yang percaya diri dan aman dengan diri mereka sendiri tidak membutuhkan validasi dari orang lain, termasuk pasangannya. Kebutuhan untuk "menegaskan posisi" dengan cara mengontrol atau mendominasi pasangan adalah tanda ketidakamanan dan rasa tidak berharga.

Hubungan yang sehat dan seimbang dibangun atas dasar kesetaraan, saling menghormati, dan saling mendukung. Baik perempuan maupun laki-laki harus bebas untuk menjadi diri mereka sendiri tanpa merasa tertekan untuk memenuhi ekspektasi gender yang ketinggalan zaman.

Sebagai gantinya, mari kita fokus pada membangun hubungan yang:

Didasarkan pada cinta dan rasa hormat: Saling menghargai satu sama lain sebagai individu yang utuh, dengan kebutuhan, keinginan, dan impian yang berbeda.

Setara: Bekerja sama sebagai tim, berbagi tanggung jawab, dan membuat keputusan bersama.

Komunikasi terbuka: Mampu berkomunikasi secara terbuka dan jujur tentang perasaan, kebutuhan, dan kekhawatiran.

Saling mendukung: Mendukung satu sama lain dalam mencapai tujuan dan mimpi masing-masing.

Baik perempuan mandiri maupun manja bisa menjadi pasangan yang hebat, tergantung pada individu dan dinamis hubungannya. Yang terpenting adalah membangun hubungan yang sehat dan seimbang yang didasarkan pada cinta, rasa hormat, dan kesetaraan.

Pertanyaan "Pilih mana? Perempuan mandiri atau manja?" adalah pertanyaan yang salah. Pertanyaan yang lebih tepat adalah: Bagaimana membangun hubungan yang sehat dan seimbang dengan pasangan, terlepas dari tingkat kemandiriannya?

Pada akhirnya, pilihan ada pada Anda dan pasangan Anda. Pilihlah apa yang terbaik untuk Anda berdua dan bangunlah hubungan yang membuat Anda berdua bahagia dan puas.

Bagaimana menurut Anda?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

J-Theme