HATI-HATI SAAT MEMINJAMKAN UANG

 on Kamis, 04 April 2024  





Pagi itu, seorang saudara dari istri datang ke rumah, setelah duduk dia sampaikan maksudnya untuk meminjam uang. Lima ratus ribu rupiah, terbilang besar menurut saya.

Saya berpikir, lima ratus ribu rupiah itu terbilang besar buat saya. Jika dia mangkir dan susah saat ditagih, berarti saya akan kehilangan lima ratus ribu. Rasanya belum siap.

Tapi, orang ini pernah meminjam juga sebelumnya, dan dia tepat waktu, membayar seperti yang dijanjikannya.

Ya, memang saat itu dia meminjam hanya lima  puluh ribu rupiah. Jadi saya siap saja kehilangan uang segitu. Tapi sekarang ini besar lho, lima ratus ribu rupiah. Kehilangan uang segitu bisa membuat saya berhari-hari gelisah.

Saya pun ke kamar sembari bicara, "Kapan mau mengembalikannya?"

"Emh ... " terdengar dia berpikir, "Nanti sianglah, dzuhuran."

"Ok, nanti siang tolong kembalikan ya, khawatir di sini ada keperluan."

"Ya."

Saya ambil lima lembar uang warna merah dari dompet dan menyerahkannya, "Ini, tolong hitung lagi."

"Baik."

Setelah menghitungnya, dia pun pergi.

Saat istri tiba dari kebun, saya sampaikan kejadian barusan, saudaranya telah meminjam uang. Istri bilang bahwa dia pun sudah sejak pagi menerima telfon darinya, minta pinjaman uang, tapi menolaknya.

"Kenapa malah kamu kasih?" tanya istri.

"Katanya dia mau baya Dzuhur." ucap saya.

"Ya sudah, kalau dia susah bayar, kamu yang harus bertanggung jawab. Jangan marah-marah sama saya."

"Ya." ucap saya.

Dan kecemasan pun dimulai. Saya takut orang itu susah mengembalikan uang. Takut tidak membayar seperti yang dijanjikannya. Ingat dulu ada orang yang begitu giat saat meminjam uang, katanya sore hari pun uang itu akan dikembalikan. Tapi sudah bertahun-tahun sampai sekarang, uang itu tidak dia kembalikan.

Saya takut orang ini pun begitu.

Tapi saya pikir lagi, kayaknya gak mungkin. Dia saudara saya, saudara dari istri, hidup berdampingan dengan keluarga istri saya, masa iya dia bakal merusak kekeluargaan dengan tidak mau mengembalikan pinjaman.

Saya jadi tak sabar ingin segera sampai ke waktu dzuhur, ingin membuktikan benarkah dia akan membayar dzuhur. 

Dan saat tiba waktu dzuhur, dia belum juga datang. Tiba jam 1 siang, belum juga datang. Jam 2 belum juga datang. 

Gak bener nih orang, pikir saya. Katanya dzuhur, tapi sekarang sudah lewat.

Gak tepat waktu.

Saya jadi gelisah.

"Belum juga datang ya dia!" keluh saya pada istri.

"Nah, gimana tuh? Kataku juga apa!"

Dengan perasaan gak sabar, saya buka hape, mencari kontak orang itu dan menulis, "Ka, uang saya tunggu."

Centang dua, tapi masih abu.

Sepertinya dia tak sedang pegang hape.

Saya cari kontak istrinya, menanyakan apakah suaminya sudah pulang. Istrinya bertanya, siapa ini. Saya sampaikan nama saya, lalu saya katakan, kalau suaminya sudah pulang, tolong sampaikan, uang saya tunggu.

Waktu hampir Asar saat saya hendak pergi menjemput bapak mertua ke sawah. Saat hendak mengeluarkan motor, terdengar ada motor berhenti di depan pagar. Ternyata saudara yang meminjam uang tadi.

Saya sambut ramah dia, namun sikapnya kurang enak dipandang. Entah saya yang terlalu sensitif atau memang dia yang memang sedang merasa tak suka ditagih-tagih.

Karena akan pergi, saya persilakan dia berikan uang itu langsung kepada istri.

Sepulang dari menjemput mertua, saya tanyakan kepada istri apakah uang sudah dia bayar?

Istri bilang, sudah.

Saya tanyakan bagaimana sikap dia, apakah dia mengucapkan terima kasih?

Kata istri, enggak. Dia malah bilang, "Nih, aku mengembalikan uang dalam hitungan jam!"

Oh, dia malah bersikap jumawa, tak mau berterima kasih.

Saya dan istri pun sepakat, untuk tak lagi memberikan pinjaman kepadanya. Maka keesokan harinya saat dia kembali menelfon istri saya, ingin kembali meminjam uang, dengan berbagai alasan istri menolaknya.

Dia gak tepat waktu, udah gitu, dia merasa dirinya hebat. Saya gak bisa kerjasama dengan orang semacam ini. Mungkin sikap saya ini salah, tapi saya merasa ini jalan paling aman, dan paling bebas dari kecemasan. Orang semacam ini, mendingan kasih saja langsung uangnya. Tak banyak gak masalah, yang penting hubungan kita dengannya tetap baik.

Menurut Anda bagaimana?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

J-Theme